Hai akhi.., ada yang pengin tahu gimana nyusun laporan perjalanan yang semi formal, berikut laporan perjalanan ane kemarin, baru dikumpulin akhi...
Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Insan Cendekia Serpong
merupakan salah satu madarsah yang tidak hanya mengedepankan bidang saintis
saja namun juga mengembangkan karakter peserta didik. Salah satu cara yang
dilakukaan adalah dengan adanya mata pelajaran muatan lokal Prakarya dan
Kewirausahaan. Di pelajaran ini, peserta didik dibimbing agar bisa menjadi
insan yang kreatif, inovatif, dan juga produktif. Peserta didik diajari
bagaimana untuk membuat prakarya dan diajari sikap-sikap untuk menjadi seorang
wirausahawan. Namun, dalam memahami materi siswa tidak hanya diberi materi di
dalam kelas, siswa juga diajak untuk membuat proyek prakarya selain itu juga
diajak langsung ke tempat kegiatan produksi terutama produk kreatif. Salah satu
caranya adalah dengan mengadakan studi lapangan.
Sudah kita ketahui bersama, bahwa bambu merupakan salah
satu tanaman yang sangat bermanfaat bagi manusia. Bahkan sejak dulu, nenek
moyang kita telah menggunakan bambu untuk membuat alat-alat kerja dan juga
membangun tempat berteduh dari bambu. Namun, di era teknologi seperti ini,
bambu tidak hanya dibuat untuk membangun rumah saja, bambu sekarang bisa dibuat
menjadi berbagai produk kreatif yang secara ekonomi cukup menghasilkan bagi
pengerajinnya.
Cara untuk mempelajari tentang pembuatan produk kreatif
dari bambu tentu dari pengerajinnya. Dan
salah satu tempat yang dekat dengan kampus IC adalah Balaraja, tepatnya di
Kampoeng Kalapa bersama “Topi Bambu” Foundation. Dan MAN Insan Cendekia telah mengadakan
kunjungan atau studi lapangan ke Balaraja pada Kamis, 22 Oktober 2015.
Berdasarkan sosialisasi yang diadakan sebelumnya, kami
kelas 10 angkatan 21 (Discaria) berkumpul di lapangan upacara pukul 06.00 WIB.
Disana, sudah berbaris 10 bus. Ternyata, tidak hanya kelas 10 yang berangkat
studi lapangan. Hanya 4 bus yang digunakan kelas 10, sedangkan 3 untuk kelas 12
dan 3 lainnya untuk kelas 11.
Kami meninggalkan kampus sekitar pukul 07.00 WIB.. Selama
diperjalanan banyak dari kami yang tertidur, termasuk penulis. Sekitar pukul
08.00 WIB bus memasuki jalan yang lebih kecil, bahkan di jalan ini tidak
memungkinkan untuk berpapasan jika ada 2 mobil yang berpapasan. Bus mulai
memelankan lajunya. Kami turun di tengah sawah pinggir sungai. Kami perlu
berjalan kaki lagi sekitar 100 meter untuk mencapai tempat yang kami tuju,
Kampung Kalapa. Kami pun seperti penjajah dengan baju batik ketika memasuki
areal Kapung Kalapa karena di area ini jalannya cukup sempit dan diapit oleh
empang-empang dan saung-saung untuk restoran.
Rombongan kami akhirnya memasuki sebuah gedung semacam
aula yang terbuat dari bambu dengan pemandangan sawah. Setelah menunggu sekitar
10 menit, bapak-bapak berbaju batik dan mengenakan topi dari bambu memasuki
gedung ini. Mereka memperkenalkan diri, ternyata mereka adalah Komunitas dari
“Topi Bambu” Foundation yang akan menjadi narasumber dalam studi lapangan kami.
Mang Ipul salah satu dari tim tadi mengambil mic dan
memperkenalkan diri. Sebelum terlalu jauh, Mang Ipul mempersilahkan Pak Away
untuk menyampaikan sambutan. Setelah itu, Pak Away memberikan souvenir dan
plakat untuk “Topi Bambu” Foundation. Sambutan kedua datang dari tokoh yang tak
terduga. Ternyata laki-laki berwajah penuh kharisma dan cukup berumur adalah
Pak Heru, Bapak Presiden Bambu.
Pak Heru memberi kami beberapa hal yang belum kami
ketahui, ternyata ada banyak sekali jenis bambu yang ada di dunia dan juga di
Indonesia. Bahkan, ada sekitar 25 jenis bambu yang sedang diberi nama yang
berasal dari Indonesia.
Pak Heru juga memberi kami informasi tentang para
pengusaha bambu yang sukses, tidak hanya skala nasional tapi juga skala
internasional. Beliau juga mengatakan, topi bambu yang sedang beliau pakai juga
sudah laku dan dipesan oleh negara-negara eropa. Selain itu, Pak Heru juga
mengajak kami untuk menanam bambu, tidak hanya memanfaatkannya. Karena selama
ini bambu yang kita pakai adalah peninggalan kakek-nenek yang tumbuh secara
sporadis.
Setelah sambutan kedua, kami diajak oleh Komunitas Topi
Bambu untuk menganyam iratan bambu menjadi keranjang. Sebenarnya, sebelum kami
berangkat, kami sudah dibagi menjadi 6 kelompok. Tapi, Mang Ipul meminta hanya
3 kelompok. Akhirnya, tiap 2 kelompok digabung menjadi satu kelompok yang lebih
besar.
Latihan dimulai, awalnya tiap orang mendapat satu ikat
iratan yang berjumlah 20 iratan. Lalu kami membuat anyaman 1-1 dengan 8 iratan
melintang dan 8 iratan membujur. Setelah itu, kunci anyaman 1-1 dengan membagi
satu iratan yang tersisa menjadi dua iratan yang lebih kecil. Selanjutnya, ikat
tiap 4 iratan yang satu dengan yang lainnya hingga membentuk setengah
lingkaran. Lalu, masukan iratan-iratan yang masih tersisa ke anyaman dasar.
Banyak dari kami yang dapat menyelesaikan anyaman lebih
cepat. Namun, tidak sedikit pula yang masih kebingungan. Penganyaman dibagi
menjadi 2 sesi, sesi pertama dari pagi sampai siang untuk mebuat anyaman dasar
dan mengikat. Lalu, sesi kedua dari siang sampai sore untuk tahap penyelesaian.
Setelah sesi pertama selesai, kami langsung menuju ke
musholla untuk sholat dan makan siang. Setelah itu, dilanjutkan pada sesi
kedua. Di sesi kedua ini, kami dibebaskan untuk mengekspresikan kreatifitasnya.
Ada yang membuat topi, keranjang, mahkota, dan lain-lain.
Setelah kami semua selesai, kami melakukan foto bersama
komunitas Topi Bambu. Diawali ikhwan lalu akhwat. Setelah itu, kami langsung
sholat ashar dan untuk mengisi waktu luang ada yang berkeliling Kampoeng Kalapa
untuk sekadar jalan-jalan maupun foto-foto.
Kami meninggalkan Kampoeng Kalapa sekitar pukul 16.00
WIB. Perjalanan menuju kampus IC lebih lama dibanding saat berangkat, karena
bersamaan dengan jam pulang kantor yang menyebabkan jalan padat merayap. Kami
sampai di kampus sekitar pukul 17.15 WIB.
Dari seharian perjalanan ini, dapat
disimpulkan bahwa bambu tidak lagi digunakan untuk hal-hal konvensional lagi
namun juga bisa digunakan untuk membuat kerajinan yang bernilai jual tinggi.
Selain itu, kami juga memahami betapa pentingnya menanam bambu untuk keperluan
kita selanjutnya. Tidak hanya memanfaatkan tapi juga harus menanam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar