Dampak Penjajahan Jepang

 Hai sobat… Dari kemaren ane ngepostnya Jepang mulu… Ya tidak bisa dipungkiri bahwa Jepang adalah salah satu dari bagian sejarah bangsa kita. Walaupun “hanya” 3,5 tahun menjajah bangsa kita, kita tidak bisa menafikan begitu saja penjajahan ini. 3,5 tahun ini justru dianggap lebih kejam dibanding penjajahan Belanda selama bertahun-tahun.

Walaupun demikian, tidak hanya dampak negatif yang kita terima sebagai bangsa jajahan. Ada juga beberapa manfaat dan bahkan sebagian besar bertahan samapai sekarang akibat penjajahan Jepang. Dampak-dampak itu meliputi berbagai bidang, ada bidang politik, sosial, budaya, ekonomi, dan pendidikan.

Fakta Jepang yang Patut Dicontoh

Sebagi salah satu negara maju di dunia, Jepang memanglah sangat luar biasa. Tidak hanya dari segi teknologi, kebiasaan mereka juga sangat luar biasa. Berikut adalah sepuluh kebiasaan orang Jepang yang patut di tiru oleh Indonesia..

Pertama, Jepang merupakan negara dengan presentase melek huruf hampir menyentuh 100% hal ini karena sejak kecil mereka dibiasakan untuk membaca. Jangan heran jika di dalam kereta, baik tua maupun muda, pelajar maupun pekerja, duduk maupun berdiri semua membaca. Ada yang membaca koran, majalah, buku, atau hanya sekedar komik atau novel.

Dunia dalam Satu Keluarga


    Hai, sobat... Pembahasan kita tentang Jepang belum beres nih...


    Penasaran gak sih? Apa yang membuat Jepang sangat berambisius untuk menjadi "pemimpin" di asia timur raya? Tentulah Jepang memiliki slogan yang mereka tanamkan dalam setiap jiwa ksatria-ksatrianya. Slogan ini adalah Hakko Ichiu.

    Hakko Ichiu berarti "Delapan Penjuru Dunia di Bawah Satu Atap" atau ada juga yang mengartikan "Dunia dalam Satu Keluarga" adalah sebuah slogan yang dipakai Kekaisaran Jepang sebagai kebijakan nasional ketika Perang Tiongkok-Jepang kedua sampai dengan Perang Dunia kedua. Slogan inilah yang digunakan sebagai simbol persaudaraan demi meujudkan kawasan kesemakmuran Asia Timur Raya saat Perang Dunia Kedua.

Kamikaze ( Pasukan "jihad" Jepang )

    Akhir-akhir ini banyak media terutama media barat menyoroti tentang bom bunuh diri yang disebut-sebut mengatasnamakan “jihad fi sabilillah”. Pada saat perang dunia kedua ada juga lho pasukan “jihad”. Memang penggunaan jihad disini agak ngaco, saya artikan (walaupun bukan arti sebenarnya) jihad itu semacam berani mati. Saat PD dulu, jepang memiliki satuan pilot dari angkatan laut dan darat yang berani menjadikan dirinya sebagai “rudal” tarakhir bagi pesawat tempurnya.

    Pasukan ini biasa disebut dengan “Kamikaze”. Secara harfiah, Kamikaze berarti “angin dewa” yang merujuk pada legenda jepang tentang angin topan besar yang berhasil menyelamatkan jepang dari serangan mongol pada 1281.