Akhir-akhir ini banyak media terutama media barat menyoroti
tentang bom bunuh diri yang disebut-sebut mengatasnamakan “jihad fi sabilillah”.
Pada saat perang dunia kedua ada juga lho pasukan “jihad”. Memang penggunaan
jihad disini agak ngaco, saya artikan (walaupun bukan arti sebenarnya) jihad
itu semacam berani mati. Saat PD dulu, jepang memiliki satuan pilot dari
angkatan laut dan darat yang berani menjadikan dirinya sebagai “rudal” tarakhir
bagi pesawat tempurnya.
Pasukan ini biasa disebut dengan “Kamikaze”. Secara harfiah,
Kamikaze berarti “angin dewa” yang merujuk pada legenda jepang tentang angin
topan besar yang berhasil menyelamatkan jepang dari serangan mongol pada 1281.
Pasukan ini mayoritas adalah pilot-pilot muda dari angkatan
darat dan angkatan laut jepang. Ide ini dicetuskan oleh Vica Admiral Kimpei
Teraoka namun baru bisa direalisasikan oleh Vice Admiral Takejiro Ohnishi.
Sebenarnya tidak terlalu sulit untuk mencari pilot yang
bersedia untuk melaksanakan “tugas mulia” ini. Baik dari pilot profesional
maupun dari akademi banyak yang ingin melakukannya. Tetapi, militer Jepang
memilih melatih orang-orang yang baru lulus dari akademi untuk menjadi pilot
dbanding dengan mengirim para pilot profesional. Mereka berpikir, piliot
profesional masih diperlukan untuk misi yang lebih sulit.
Walaupun hanya 6 bulan pelatihan, hal ini tidak membuat
pilot Kamikaze berkualitas rendah. Mereka dilatih dengan keras dan disiplin
bahkan pada musim dingin sekalipun. Selain dari tekik, mereka juga dibekali
ideologi yang kuat untuk meyakinkan mereka bahwa tindakan ini untuk membela
negara, kaisar, dan dewa matahari.
Pilot-pilot Kamikaze juga dimuliakan oleh orang-orang
disekitarnya. Ketika Jepang dalam krisis makanan, petugas di tempat masak umum
merelakan jatahnya untuk para “utusan suci” ini. Mereka berharap, para pilot
dalam keadaan fit saat bertugas.
Beberapa minggu sebelum berangkat, mereka dipersilahkan
untuk bertemu dengan keluarga atau kerabatnya. Tidak sedikit dari mereka yang
memberikan kenang-kenangan, barang, puisi, dan surat yang ditujukan untuk
kerabatnya. Setelah itu mereka menuju Kuil Yasukuni, Kuil Meiji, dan Pelataran
Kekaisaran Jepang untuk berdoa agar misinya berhasil. Walaupun ajal sudah
dekat, mereka seperti orang biasa dalam kehidupan sehari-hari. Sambil menunggu
penugasan, mereka dengan santai bermain kartu, mengobrol, bahkan ada yang
bercanda tentang kematian.
Ketika mereka sudah berangkat, tidak ada seorang pun yang
mengharap mereka kembali ataupun menangisinya. Karena orang Jepang yakin, pilot
Kamikaze yang gugur itu seperti Bunga sakura yang berguguran. Dan mereka akan
mati dengan terhormat. Pada misinya, mereka berhasil membuat gentar pasukan sekutu.
Mereka berhasil menghancurkan setidaknya USS Indiana, USS Reno, USS Franklin,
dan kapal lainnya. Walaupun akhhirnya mereka gagal menyelamatkan jepang dari
kekalahan.
Dengan kegagalan ini, Bapak Kamikaze, Vice Admiral Takejiro
Ohnishi memanggil perwira-perwiranya dan berkata "Untuk jiwa-jiwa
tentaraku saya menghaturkan penghargaan setinggi-tingginya untuk keberanian
yang telah dilakukan. Dalam kematian aku minta maaf kepada jiwa-jiwa para
pemberani ini dan juga kepada keluarganya". Untuk itu, pada 16 Agustus ia
melakukan hara-kiri sebagai bentuk tanggungjawabnya.
Demikian sedikit ulasan mengenai pasukan berani mati jepang ini. Sampai jumpa di post selenjutya..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar